PENGABDIAN DOSEN PUSAT MPK UB, PROMOSIKAN POTENSI DESA SUKODADI WAGIR SEBAGAI DESA WISATA TOLERANSI

PENGABDIAN DOSEN PUSAT MPK UB, PROMOSIKAN POTENSI DESA SUKODADI  WAGIR  SEBAGAI DESA WISATA TOLERANSI

 

Sebagai akademisi, salah satu dari tri dharma yang harus dipenuhi adalah pengabdian kepada masyarakat. Sekelompok Dosen Pusat MPK UB yang diketuai oleh Dr. Herman Suryokumoro, S.H, M.S pada hari ini melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi potensi Desa Sukodadi didorong untuk dikembangkan Desa Wisata Toleransi. Menurut Sekretaris Pusat MPK, Dr. Mohamad Anas, M. Phil mengatakan bahwa pengabdian ini menjadi pilot project yang baik bagi desa dan masyarakat setempat. Nilai-nilai toleransi yang telah lama dipraktikan dapat dijadikan tempat ‘ngangsuh kaweruh’ bagi masyarakat sekitar sehingga menjadi rujukan dalam menerapkan hidup toleransi dalam beragama.

Menurut Ketua Panitia, Fitrahayunitisna, M.Pd mengatakan bahwa praktik toleransi dapat kita temui di Desa Sukodadi Wagir, wujud toleransinya telah mengarah pada pro eksistensi, yakni melakukan project bersama secara gotong royong. Sebagaimana diceritakan oleh banyak warga (dalam beberapa wawancara yang kami lakukan secara berbeda) warga Sukodadi melihat toleransi ini telah berjalan dari nenek moyong mereka. Lebih jauh, pemateri pertama Galieh Damayanti, M.H  memberikan gambaran tentang tujuan mendasar dari kegiatan pengabdian ini beserta strateginya dalam pengembangan ke depan. Sementara Prisca Kiki Wulandari, M.Sc menekankan langkah-langkah yang relevan dalam mempromosikan Desa Sukodadi seperti sebuah desa di Kabupaten Lamongan yang telah dikenal oleh masyarakat luas dalam bidang toleransi.

Pada Desa Sukodadi juga demikian, pada kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh warga dilakukan secara bersama-sama, misalnya ketika salah satu dari kelompok agama membangun rumah ibadah makah mereka secara bersama-sama yang menopang dan ikut serta membantu dalam kegiatan tersebut. Saling memperkuat antar kelompok keagamaan ini tentu saja bukan hanya pada ranah agama, tetapi juga pada bidang sosial-kemasyarakatan.

Pada sesi berikutnya, pemateri Ketiga Kegiatan Pengabdian Dosen Pusat MPK, Surya Desismansah, M.Phil  ini menyebut potensi Desa Sukodadi Wagir dari aspek budaya, desa ini layak menjadi Icon Desa Toleransi. Tiga macam rumah ibadah dapat berdiri karena gotong-royong warga, kegiatan keagaman berjalan dengan kerjasama dari berbagai pihak, belum lagi kehidupan sehari-hari warga yang nyaris tidak ada gesekan sama sekali. Hidup bersama dalam perbedaan! Ini bukan hanya slogan tetapi telah lama dipraktikan pada masyarakat setempat. Para wisatawan dapat menjadikan Desa ini sebagai tempat belajar hidup bersama tanpa memandang perbedaan agama dan keyakinan. Di tempat ini kita semua dapat belajar toleransi secara otentik, tanpa basa basi, bahkan lahir dari kesadaran yang telah tertaman selama bertahun-tahun.  Desa ini tidak hanya mengajarkan betapa berharganya hidup berdampingan dalam keyakinan yang berbeda, tetapi juga lebih jauh menghargai kemanusiaan itu sendiri.

Kegiatan pengabdian yang diikuti oleh 60 warga setempat dan didampingi oleh dosen-dosen Pusat MPK, di antaranya Emi Setyaningsih, M. Phil, Prisca Kiki Wulandari, M.Sc,  Albar Hasibuan, M. Phil, Destriana Saraswati, M. Phil, Galieh Damayanti, M.H dan Mokhamad Jaenuri M.Hum ini berjalan dengan baik. Terlihat warga sangat antusias memberikan saran dan masukan untuk menjadikan desa wisata toleransi.